Headline

Recent Posts

Embed: STIP Jakarta


Click dan Drag foto 360 derajat !

KOLONE SENJATA TARUNA STIP

Alumni's Pride



Malam Keakraban Taruna STIP 2014

Prasasti Peresmian AIP

Prasasti Peresmian AIP
27 Februari 1957

CAAIP Apps for Android

CAAIP Apps for Android
Download Aplikasi CAAIP utk Android

an interesting

Prasasti Peresmian Gedung CAAIP

Prasasti Peresmian Gedung CAAIP

We are Magcro

Motion

Contact

Name

Email *

Message *

Loker Pelaut

Sekretariat CAAIP

TRANSLATE

Portfolio

recent posts

Pages

Popular Posts

Mengambil hikmah dari kejadian Alam,Mengulurkan tangan untuk membantu sesama.

Friday 14 February 2014

                   

Baru beberapa hari ini matahari terbit di pagi hari tanpa malu-malu,setelah kurang lebih sebulan selalu di tutupi kabut,awan tebal yang berakhir dengan derasnya hujan yang mengguyur hiruk pikuk kegiatan ibu kota.

Musim penghujan yang khas derasnya seperti biasa selalu datang menyapa ibu kota yang seakan telah menjadi agenda tetap,bahkan melekat di benak masyarakat salah satu istilah " Siklus lima tahunan ", ya.. siklus lima tahunan, di mana ibu kota yg tak pernah tidur,pusat pemerintahan,pusat perekonomian,pusat penduduk mendadak dalam waktu singkat berubah menjadi lautan air.

Tentu saja masih hangat di pelupuk mata kita bahwa saudara-saudara kita di berbagai daerah dan tempat, di Ibu kota,di beberapa kecamatan provinsi lainnya terkena musibah banjir, yang menenggelamkan rumah,perabotan,peternakan,kendaraan dan bahkan tak sedikit rumah warga tak dapat di tempati kembali.

Sungguh sedih tentunya berbagai harta yang di kumpulkan serta di kais dengan susah payah dan kerja keras tiba-tiba habis terbawa arus yang tak kenal waktu datangnya, dia bisa menyapa di tengah pagi buta,malam,bahkan siang hari. bahkan tak jarang kita mendengar bahwa jiwa pun melayang.

Masyarakat yang terkena musibah terpaksa dengan berat hati harus meninggalkan tempat tinggal dengan berbekal harta yang bisa di bawa seadanya dan menuju tenda-tenda pengungsian,ke sanak saudara terdekat bahkan tak jarang tempat-tempat yang tak layak pun bisa menjadi tempat tinggal, Kolong jembatan,depan ruko-ruko tua,bawah kolong jalan tol. Sedikit pejamkan mata dan bayangkan sekedar dapat turut empati apa yang di rasakan oleh saudara-saudara akan sangat teras betapa beratnya,capai,lelah bercampur aduk menjadi satu.

Di beberapa kantor pemerintahan juga tak kalah sibuknya,para pejabat juga terlihat sibuk,ada yang sibuk di wawancarai oleh beberapa crew pemburu berita dengan di mintakan pendapatnya yang tentu buat sebagain masyarakat bahwa teori dan pendapat yang di sampaikan dari tahun ketahun hanya berbeda sedikit, banirnya tetap sama. Juga ada yang sibuk memantau dan turun kelokasi langsung mengecek kondisi daerah dan masyarakat yang tertimpa.

Stasiun TV pun seolah mendapat bahan berita baru yang dapat di sampaikan, bahkan saat inipun dapat di sampaikan dengan Live yang mana cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga acaranya dapat menjadi alternatif tontonan pengganti sinetron.

Tentu saja bagi senior,rekan,adik2 yang mengalami masa-masa taruna di Ancol, maka akan sangat melekat di benak bahwa beberapa peristiwa banjir yang melanda kampus tercinta bahkan masuk ke raung-ruang dormitory tanpa basa-basi, wisraba,lapangan singa, jalan sepanjang pos utara pun  bagai tampak seperti kali di satu kampung.

Di tengah-tengah kesibukan korban banjir mencari tempat sekedar berteduh dan bersandar di tempat yang aman, syukurlah baik dari pemerintah maupun masayarakat luas, lembaga swadaya masyarakat,pihak swasta terus berdatangan bantuan dengan berbagai jenis, sembako,peralatan bayi,pakaian yang mana sangat membantu meringankan para korban banjir.

Kondisi yang di alami saudara sesama juga telah menggerakkan spontanitas para member CAAIP 39 untuk berbagi meringankan beban sesama korban banjir,himbauan dan ajakan di kirimkan ke semua member untuk mengetuk para member sedikit menitipkan serta menyalurkan berbagai kebutuhan yang di butuhkan para pengungsi banjir, dalam waktu singkat beberapa donasi mengalir di rekening penampungan sementara juga di ikuti pakaian layak pakai telah siap di serahkan, di wakili beberapa pengurus, bantuan yang telah terkumpul di serahkan kepada saudara2 yang membutuhkan, 18 Januari lalu di tengah genangan banjir serta hujan yang masih turun bantuan di serahkan kesalah satu perwakilan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Pedongkelan sekitar waduk ria rio.. semoga para donasi di berikan balasan yang setimpal dari- NYA.

Sebagai masyarakat tentu kita semua berharap agar kiranya kedepannya Musibah banjir ini dapat di cegah serta di antisipasi agar tidak terlalu banyak korban dan daerah musibah dapat di perkecil, keseriusan pemerintah dalam mengambil langkah jitu untuk mengatasi banjir yang sudah beratahun-tahun selalu saja menjadi bencana, di sisi lain kesadaran masyarakat dalam membuang sampah,membangun yang lebih teratur,parit2 serta got tidak di tutup dan di bersihkan secara konsisten, penanaman pohon,sumur resapan akan sangat membantu tentunya.

Entah sampai kapan hal ini bisa teratasi,tidak saja gubernur,pemerintah,akan tetapi kita semua bertanggung jawab atas musibah yang terjadi, karena kalau di telisik semua itu datanganya dari kita sebagai manusia yang kadang tidak peduli akan alam sampai alam berjalan sendiri, berjalan dan menyapa kita semua seraya berkata bahwa ini adalah bagian dari hasil ulah kalian yang tidak mempertimbangkan akibatnya.

Di akhir tulisan ini sembari melihat acara TV yang sedang menyiarkan berita tentang erupsinya Gunung Kelud yang mana masyarakat sudah mulai panik mengungsi ke daerah aman,, Semoga yang Maha Kuasa Allah SWT tidak memberikan cobaan yang di luar kemampuan hamba-NYA ..Aminn.
Sebuah Lirik lagu Almarhum Gombloh dengan judul " Alam lestari " sangat syarat akan cerita tentang alam.
Kalau melihat bahwa Almarhum meninggal 9 Januari 1988, yg juga berarti lagu ini telah bertahun telah mengingatkan kita semua prihal mencintai alam.

Lestari Alamku Lestari Desaku
Dimana Tuhanku Menitipkan Aku
Nyanyi Bocah-bocah Di Kala Purnama
Nyanyikan Pujaan Untuk Nusa

Damai Saudaraku Suburlah Bumiku
Kuingat Ibuku Dongengkan Cerita
Kisah Tentang Jaya Nusantara Lama
Tentram Kartaraharja Di Sana

Reff:
Mengapa Tanahku Rawan Ini
Bukit Bukit Telanjang Berdiri
Pohon Dan Rumput Enggan Bersemi Kembali
Burung-burung Pun Malu Bernyanyi

Kuingin Bukitku Hijau Kembali
Semenung Pun Tak Sabar Menanti
Doa Kan Kuucapkan Hari Demi Hari
Kapankah Hati Ini Kapan Lagi

"By Gombloh "Jombang, Jawa Timur, 14 Juli 1948
                     Surabaya, Jawa Timur, 9 Januari 1988.


Mari mencintai alam,tidak membuang sampah sembarangan hingga kelak anak cucu kita dapat menikmati indahnya alam indonesia.
Salam/

Amedtt
IT & Publish CAAIP


Salah siapa ?

Inline image 8

Inline image 1
Inline image 2
Inline image 3

No comments:

Post a Comment

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan CAAIP.net dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. CAAIP.net akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
CAAIP.net berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.